Rabu, 03 November 2010

Gambaran Rumah Sehat di Berbagai Propinsi di Indonesia

Gambaran Rumah Sehat di Berbagai Propinsi di Indonesia


rumah Sehat; Kesehatan Lingkungan; health survey; National Sosial Ekonomi Survey; susenas,
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan. Lingkungan permukiman merupakan salah satu diantaranya yang selalu berinteraksi dengan manusia, karena kurang lebih separuh hidup manusia akan berada di rumah, sehingga kualitas rumah akan berdampak terhadap kondisi kesehatannya.
Tujuan analisis lanjut data susenas 2001 ini secara umum adalah melihat gambaran rumah sehat di berbagai propinsi di Indonesia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk proses penetapan kebijakan, penyusunan rencana, maupun pengembangan program khususnya bidang kesehatan lingkungan.
Data yang diolah adalah data modul dengan unit analisis adalah rumah tangga. Data menggambarkan seluruh propinsi di Indonesia kecuali Aceh dan Maluku. Beberapa kelemahan analisis ini adalah tidak semua variabel untuk penilaian rumah sehat tersedia dalam data susenas. Analisis dilakukan secara deskriptif dan analitik. Penilaian rumah sehat dilakukan secara skoring terhadap 14 variabel rumah sehat dengan mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Dit Penyehatan lingkungan Ditjen PPM&PL.
Dari hasil analisis secara nasional rumah sehat masih belum dapat mencapai target nasional Propeta tahun 2000 (sebesar 47%). Katagori rumah sehat di Indonesia Katagori baik sebesar (24.3%). Katagori sedang sebesar (41.3%), dan katagori kurang sebesar (34.4%). Persentase rumah sehat di berbagai propinsi masih rendah yaitu berkisar antara 7.1% - 36.1%. Hanya propinsi DKI Jakarta saja yang telah melebihi target Propeta yaitu sebesar 49.5%. Beberapa propinsi yang mencapai hampir 30% atau lebih dari 30% yaitu Sulut (36.1%), Kaltim (33.3%), Banten (29.5%), DIY (32.2%), dan Jabar (29.4%). Persentase rumah sehat di kawasan Sumatra sebesar 19.2%, Jawa Bali sebesar 27.6%, dan KTI sebesar 17.5%. Persentase di kota sebesar 41.6% dan di desa sebesar 11%. Pola hubungan tingkat pengeluaran rumah tangga dengan rumah sehat nasional dan desa adalah semakin tinggi tingkat pengeluaran maka semakin tinggi pula persentase rumah sehat.
Pada katagori rumah sehat sedang di kota pada tingkat pengeluaran tinggi justru terjadi penurunan persentase rumah sehat katagori sedang. Dari analisis faktor, diketahui 4 faktor yang mempunyai peranan dalam penilaian rumah sehat (Eigenvalue >1) adalah Faktor I (SPAL, Kakus, B.Bakar Masak, Sal. Got, Air Bersih), Faktor II ( Lantai, Lokasi), Faktor III ( Kepadatan hunian, Pencahayaan), Faktpr IV ( Jenis septik tank, kepemilikan WC). Jumlah varian yang dapat dijelaskan oleh 4 faktor tersebut adalah sebesar 75.4%.
REKOMENDASI : Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengapa pencapaian target rumah sehat masih sangat rendah. Perlu dilakukan kajian terhadap sistim penilaian rumah sehat masa yang akan datang. Perlu dilakukan upaya peningkatan kondisi perumahan yang sehat oleh semua sektor terkait dan oleh semua stake holder. Upaya peningkatan kondisi rumah sehat perlu dilakukan di semua kawasan (Sumatra, Jawa Bali, maupun Kawasan Timur Indonesia), juga perlu dilakukan di seluruh propinsi Indonesia baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Deskripsi Alternatif :

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan. Lingkungan permukiman merupakan salah satu diantaranya yang selalu berinteraksi dengan manusia, karena kurang lebih separuh hidup manusia akan berada di rumah, sehingga kualitas rumah akan berdampak terhadap kondisi kesehatannya. Tujuan analisis lanjut data susenas 2001 ini secara umum adalah melihat gambaran rumah sehat di berbagai propinsi di Indonesia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk proses penetapan kebijakan, penyusunan rencana, maupun pengembangan program khususnya bidang kesehatan lingkungan.
Data yang diolah adalah data modul dengan unit analisis adalah rumah tangga. Data menggambarkan seluruh propinsi di Indonesia kecuali Aceh dan Maluku. Beberapa kelemahan analisis ini adalah tidak semua variabel untuk penilaian rumah sehat tersedia dalam data susenas. Analisis dilakukan secara deskriptif dan analitik. Penilaian rumah sehat dilakukan secara skoring terhadap 14 variabel rumah sehat dengan mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Dit Penyehatan lingkungan Ditjen PPM&PL.
Dari hasil analisis secara nasional rumah sehat masih belum dapat mencapai target nasional Propeta tahun 2000 (sebesar 47%). Katagori rumah sehat di Indonesia Katagori baik sebesar (24.3%). Katagori sedang sebesar (41.3%), dan katagori kurang sebesar (34.4%). Persentase rumah sehat di berbagai propinsi masih rendah yaitu berkisar antara 7.1% - 36.1%. Hanya propinsi DKI Jakarta saja yang telah melebihi target Propeta yaitu sebesar 49.5%. Beberapa propinsi yang mencapai hampir 30% atau lebih dari 30% yaitu Sulut (36.1%), Kaltim (33.3%), Banten (29.5%), DIY (32.2%), dan Jabar (29.4%). Persentase rumah sehat di kawasan Sumatra sebesar 19.2%, Jawa Bali sebesar 27.6%, dan KTI sebesar 17.5%. Persentase di kota sebesar 41.6% dan di desa sebesar 11%. Pola hubungan tingkat pengeluaran rumah tangga dengan rumah sehat nasional dan desa adalah semakin tinggi tingkat pengeluaran maka semakin tinggi pula persentase rumah sehat.
Pada katagori rumah sehat sedang di kota pada tingkat pengeluaran tinggi justru terjadi penurunan persentase rumah sehat katagori sedang. Dari analisis faktor, diketahui 4 faktor yang mempunyai peranan dalam penilaian rumah sehat (Eigenvalue >1) adalah Faktor I (SPAL, Kakus, B.Bakar Masak, Sal. Got, Air Bersih), Faktor II ( Lantai, Lokasi), Faktor III ( Kepadatan hunian, Pencahayaan), Faktpr IV ( Jenis septik tank, kepemilikan WC). Jumlah varian yang dapat dijelaskan oleh 4 faktor tersebut adalah sebesar 75.4%.
REKOMENDASI : Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengapa pencapaian target rumah sehat masih sangat rendah. Perlu dilakukan kajian terhadap sistim penilaian rumah sehat masa yang akan datang. Perlu dilakukan upaya peningkatan kondisi perumahan yang sehat oleh semua sektor terkait dan oleh semua stake holder. Upaya peningkatan kondisi rumah sehat perlu dilakukan di semua kawasan (Sumatra, Jawa Bali, maupun Kawasan Timur Indonesia), juga perlu dilakukan di seluruh propinsi Indonesia baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar